Pre and post weaning growth of hairy and local (Sumatra) sheep crossbreeds on field treatment condition

Penelitian persilangan antara domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba ekor gemuk dari Jawa Timur (DEGJ), domba rambut dari St. Croix (SC) (Amerika Serikat) serta domba rambut Barbados Blackbelly (BB) telah dilakukan sejak tahun 1986 di Sub Balai Penelitian Ternak, Sungai Putih Sumatera U...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors Subandriyo, Setiadi, B, Suparyanto, A, Handiwirawan, E, Praharani, L. (Balai Penelitian Ternak, Bogor (Indonesia))
Format Conference Proceeding
LanguageEnglish
Published Bogor (Indonesia) Puslitbangnak 2000
Subjects
Online AccessGet more information

Cover

Loading…
More Information
Summary:Penelitian persilangan antara domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba ekor gemuk dari Jawa Timur (DEGJ), domba rambut dari St. Croix (SC) (Amerika Serikat) serta domba rambut Barbados Blackbelly (BB) telah dilakukan sejak tahun 1986 di Sub Balai Penelitian Ternak, Sungai Putih Sumatera Utara (sekarang Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Sungai Putih), dan dilanjutkan di Balai Penelitian Ternak, dengan tujuan untuk membentuk rumpun domba komposit atau sintesis. Domba komposit (K) hasil persilangan antara tiga rumpun, yaitu domba lokal Ekor Tipis Sumatera (DETS) dengan domba rambut impor Barbados Blackbelly (BB) dan St. Croix (SC) dengan komposisi genotipa 25 persen BB, 25 persen SC dan 50 persen DETS pada generasi pertama (F1) dan generasi kedua (F2) pada kondisi semi intensif (digembalakan pada siang hari dan dikandang pada malam hari) serta kondisi di kandang terus menerus memberikan hasil yang seimbang baik dari segi pertumbuhan pra- dan pasca-sapih serta reproduksinya dibandingkan dengan BB x DETS (BC), yang mempunyai performa terbaik pada generasi pertama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang pertumbuhan pra- dan pasca-sapih sampai umur 4 minggu domba komposit generasi pertama (K-F1) generasi ke dua (K-F2), dan generasi ketiga (K-F3) dibandingkan dengan genotipa perbandingannya (BC), serta analisis kurva pertumbuhan dengan menggunakan regresi non-linier metoda logistik, Gomperts dan Von Bertalanffy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot lahir, bobot umur 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu, 12 minggu dan bobot sapih tidak dipengaruhi oleh genotipa (P lebih besar dari 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa domba komposit dari berbagai generasi yang ada dan persilangan BB x DETS (persilangan Barbados=BC) tidak menunjukkan perbedaan dalam pertumbuhan pra-sapih. Umur induk waktu beranak berpengaruh nyata pada bobot badan anak saat lahir sampai mencapai umur 6 minggu, sedangkan pada umur selanjutnya sampai sapih tidak berpengaruh terhadap bobot badan. Sementara itu, bulan/musim lahir berpengaruh sangat nyata terhadap bobot badan pra-sapih dan umur sapih tetapi tidak demikian pada bobot lahir. Selanjutnya, pengaruh bulan/musim lahir menurut genotipe domba tidak memberikan perbedaan nyata pada semua bobot umur pra-sapih dan sapih. Pengaruh genotipa terhadap bobot badan pasca-sapih umur 16 minggu, 20 minggu, 24 minggu, 28 minggu, 32 minggu, 36 minggu, 40 minggu, 44 minggu, 48 minggu tidak berpengaruh nyata (P lebih kecil dari 0,05), meskipun terdapat kecenderungan bahwa domba komposit generasi kedua (K-F2) mempunyai bobot badan pasca-sapih yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba komposit generasi lainnya (K-F2 dan K-F3) maupun persilangan Barbados (BC). Jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot pada pasca sapih pada umur 16 minggu dan 48 minggu tetapi berpengaruh nyata pada umur 20 minggu sampai 44 minggu (P lebih kecil dari 0,05). Seperti halnya pada bobot badan pra-sapih domba jantan lebih berat dari domba betina. Sementara itu, tipe kelahiran berpengaruh sangat nyata (P lebih kecil dari 0,001) terhadap bobot badan pasca-sapih. Ternak yang dilahirkan tunggal nyata (P lebih kecil dari 0,001) tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan ternak yang dilahirkan kembar dua atau lebih. Umur induk waktu beranak tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan pasca-sapih. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa pasca sapih ternak sudah bebas dari pengaruh induk. Analisis pertumbuhan non-linier mulai dari pra-sapih, pasca-sapih sampai anak mencapai umur 48 minggu pada domba semua genotipa yaitu persilangan Barbados (BC), domba komposit generasi pertama (K-F1), domba komposit generasi kedua (K-F2) dan domba komposit generasi ketiga (K-F3) menunjukkan perbedaan kurva dan estimasi bobot dewasa tubuh. Kurva pertumbuhan dengan menggunakan model logistik dengan persamaan Bb (t) = A[1-B*e*[-Kt)), menunjukkan persamaan BB (t) = 26,8(1-0,92e*[-0,01t) untuk domba BC, BB (t) = 26,1(1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F1 BB (t) = 26,1(1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F2, BB (t) = 26,1(1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F3; Gompertz dengan persamaan: BB (t) = A[1-B*e*[-K*t), menunjukkan persamaan BB(t) = 26,8(1-0,9e*[-0,01t) untuk domba BC, BB(t) = 26,1(1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F1, BB (t) = 26,1(1-0,92 e*[-0,01t) untuk K-F2, BB (t) = 26,1(1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F3. Sedangkan untuk model von Bertalanffy, dengan persamaan :Bb(t) =A[-B*e*[-K*t), menunjukkan persamaan BB (t)26,8(1-0,92e*[-0,01t) untuk domba BC, BB (t) = 26,1(1-0,92l** (-0,01t)untuk K-F1, BB(t) 26,1(1-0,92e*[0,01t) untuk K-F2, BB(t) = 26,1 (1-0,92e*[-0,01t) untuk K-F3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan domba komposit sampai generasi ketiga tidak berbeda nyata dengan genotipa pembandingnya (Barbados cross)
Bibliography:2004000439
L52
L10
ISBN:9789798308338
9798308336