Konstruksi Cinta Ilahi Jalaluddin Rumi

Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi dan penyair muslim yang memberikan sumbangsih terhadap pemaknaan akan cinta Ilahi. Menariknya, Rumi lebih memilih syair sebagai media ekspresi kedalaman cinta Ilahinya ketimbang konsep-konsep yang bersifat teoritis. Yang demikian membuat Rumi bukan hanya mengilham...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Published inJurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf Vol. 10; no. 1; pp. 1 - 19
Main Author Nafiudin, Muhammad Aviv
Format Journal Article
LanguageEnglish
Published 10.03.2024
Online AccessGet full text

Cover

Loading…
More Information
Summary:Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi dan penyair muslim yang memberikan sumbangsih terhadap pemaknaan akan cinta Ilahi. Menariknya, Rumi lebih memilih syair sebagai media ekspresi kedalaman cinta Ilahinya ketimbang konsep-konsep yang bersifat teoritis. Yang demikian membuat Rumi bukan hanya mengilhami banyak sarjanawan baik Timur maupun Barat, lebih dari itu syair-syair Rumi bahkan mendapatkan perhatian dan pengakuan yang signifikan di kalangan umum. Namun demikian, hal ini pada gilirannya memiliki konsekuensi negatif berupa upaya-upaya di kalangan khalayak Barat untuk menghapus identitas muslim dari Rumi. Oleh karenanya, tulisan ini akan membahas konstruksi cinta Ilahi Rumi dengan tinjauan filosofis bagaimana cinta Ilahi tersebut menjadi mungkin dalam diri seseorang sebagai jawaban dari upaya-upaya disruptif khalayak Barat di atas. Adapun penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan yang menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan epistemologi. Penelitian ini menemukan bahwa hati sebagai instrumen dan transformasi batin sebagai proses untuk mengantarkan seseorang kepada tahapan cinta Ilahi dalam konstruksi pemikiran Rumi sangat berkait erat dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Dengan demikian, tamsilan-tamsilan metaforis dalam ajaran-ajaran cinta Rumi tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan konstruksi cinta Ilahinya.
ISSN:2442-5907
2797-2585
DOI:10.53429/spiritualis.v10i1.864