The Contribution of KH. Said Agil Siradj’s Leadership in Fighting Radicalism: A Language Communication Strategy

This article aimed to describe Said Agil Siradj's (SAS’s) communication strategy at the anniversary of Fatayat NU in 2019. Radicalism and terrorism have become a real threat to world peace and human values. In Indonesia, it has been categorised as an extraordinary crime, particularly since the...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Published inIslam realitas (Online) Vol. 6; no. 2; p. 193
Main Author Hariyanto, Bambang
Format Journal Article
LanguageEnglish
Published 31.12.2020
Online AccessGet full text

Cover

Loading…
More Information
Summary:This article aimed to describe Said Agil Siradj's (SAS’s) communication strategy at the anniversary of Fatayat NU in 2019. Radicalism and terrorism have become a real threat to world peace and human values. In Indonesia, it has been categorised as an extraordinary crime, particularly since the Bali bombings in 2002. The act of anticipation has been issued by forming anti-terrorism regulation to prevent and crackdown of its action. Nevertheless, this effort is not sufficient to eradicate terrorism action. Collaboration with religious institutions is needed to deal with the questions of the religious doctrines. Therefore, the participation of religious leaders from the Islamic organisations such as Nahdlatul Ulama (NU) is essential.. The study employs a descriptive qualitative approach of critical discourse analysis, focusing on the illocutionary acts of speech acts theory. The data of the research was transcribed from the video of SAS’s speech on YouTube channel. The result shows that the speaker used types of illocutionary acts; representatives, directives, commisives, expressives, and declarations. These expressions are used to command, persuade, and warn the listeners. Meanwhile, the Islamic terms were used as a discursive practice to maintain a good relationship between a leader and the followers.      Tulisan ini menjelaskan tentang bagaiamana Said Agil Siradj (SAS) mempengaruhi pendengarnya pada acara ulang tahun Fatayat NU ke-73 tahun 2019. Radikalisme dan terorisme telah menjadi ancaman bagi perdamaian dan nilai-nilai kemanusian. Di Indonesia, tindak terorisme telah menjadi bentuk kejahatan yang luar biasa sejak kejadian bom Bali 2002. Bentuk antisipasi telah dilakukan yakni dengan menerbitkan undang-undang anti-terorisme untuk menangkal dan mengatasi aksi terorisme. Penegakan hukum dan kebijakan regulasi telah dikeluarkan dalam rangka menangkalnya. Namun demikian, tindakan ini belum cukup memadai dalam pemberantasan terorisme. Kolaborasi dengan Lembaga-lembaga keagamaan diperlukan guna menjawab terkait doktrin-doktirn keagamaan. Oleh karena itu partisipasi para pemimpin agama dan organisasi keislaman seperti NU adalah penting. Namun demikian pelibatan organisasi keagamaan dalam kontek ini telah memicu munculnya perdebatan terutama Ketika organisasi tersebut mendominasi peran dalam ranah public.  Studi ini didesain berdasarkan deskripsi kualitatif pada pendekatan analisis wacana kritis yang berfokus pada tindak illokusi berdasarkan teori tindak tutur. Data penelitian ini diambil dari transkripsi Video SAS yang diambil dari YouTube. Selanjutnya data dianalisis menggunakan teori tindal ilokusi dan analsis wacana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembicara menggunakan tipe-tipe tindak tutur pada bentuk representasi, direktif, komisif, ekspresi dan deklarasi. Ekpresi-ekpresi tersebut digunakan untuk memerintah, membujuk dan melarang para pendengarnya.Adapun istilah-istilah keislaman digunakan sebagai praktik diskursif guna membangun hubungan social antara pemimpin dan pengikutnya. 
ISSN:2477-1309
2477-1201
DOI:10.30983/islam_realitas.v6i2.3766