Briket Arang Tempurung Kawista (Limonia acidissima) Teraktivasi NaOH dengan Perekat Alami

Penelitian tentang pemanfaatan tempurung tempurung kawista (Limonia acidissima) telah dilakukan sebagai bahan dasar pembuatan briket arang. Variabel jenis perekat alami berupa gel yang terbuat dari tepung beras, tepung ketan, dan tepung tapioka. Selanjutnya jenis perekat alami terbaik ditentukan, ya...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Published inAl Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol. 6; no. 1; pp. 1 - 8
Main Authors Yulianti, Eny, Jannah, Raudatul, Khoiroh, Lilik Miftahul, Istighfarini, Vina Nurul
Format Journal Article
LanguageEnglish
Published UIN Sunan Gunung Djati Bandung 06.07.2019
Subjects
Online AccessGet full text

Cover

Loading…
More Information
Summary:Penelitian tentang pemanfaatan tempurung tempurung kawista (Limonia acidissima) telah dilakukan sebagai bahan dasar pembuatan briket arang. Variabel jenis perekat alami berupa gel yang terbuat dari tepung beras, tepung ketan, dan tepung tapioka. Selanjutnya jenis perekat alami terbaik ditentukan, yang mampu menghasilkan nilai kalor tertinggi dan kualitas briket tempurung kawista sesuai dengan SNI. Metode perlakuan terhadap tempurung kawista meliputi aktivasi NaOH 0,1 M, karbonisasi, pencetakan dan pengepresan. Karakterisasi briket arang dilakukan melalui uji mutu SNI, termasuk penentuan nilai kalor tertinggi, serta identifikasi gugus fungsi sampel kulit, arang kulit, dan briket arang menggunakan spektrofotometer FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi meningkatkan kualitas briket arang. Penggunaan semua jenis perekat dengan perbandingan massa arang : perekat sebesar 9 : 1,  menghasilkan briket arang yang memenuhi kualitas SNI. Nilai kalor tertinggi sebesar 6905 kal/g terdapat pada sampel briket arang tempurung kawista teraktivasi dengan jenis perekat alami gel tepung beras. Melalui penentuan mutu briket arang terbaik sesuai standar SNI, diperoleh nilai kadar air 3,733%, kadar zat menguap 8,014%, kadar abu 2,373%, dan kadar C terikat 85,88%. Secara garis besar, keseluruhan gugus fungsi yang teridentifikasi hampir sama yaitu meliputi gugus O–H pada 3500-3400 cm-1, C=C pada 1650-1600 cm-1, C–H pada 1384-1383 cm-1, dan C–OH pada daerah 1047-1034 cm-1. Perbedaan yang nampak adalah briket arang yang teraktivasi memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan briket tanpa aktivasi
ISSN:2407-1897
2407-1927
DOI:10.15575/ak.v6i1.4798