PENGARUH SISTEM PERTANAMAN DAN GENOTIPE PADA PRODUKTIVITAS DAN VIABILITAS BENIH SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PRA DAN PASCASIMPAN

Tanaman sorgum termasuk tanaman yang penting setelah, padi, gandum, jagung, dan barley. Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman tanaman sorgum secara monokultur adalah ketersediaan lahan yang makin terbatas.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pertanaman pada produktivita...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Published inJurnal Agrotek Tropika Vol. 10; no. 1; pp. 95 - 102
Main Authors Susanto, Edi, Pramono, Eko, Utomo, Setyo Dwi, Hadi, M. Syamsoel
Format Journal Article
LanguageEnglish
Published Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 30.01.2022
Subjects
Online AccessGet full text

Cover

Loading…
More Information
Summary:Tanaman sorgum termasuk tanaman yang penting setelah, padi, gandum, jagung, dan barley. Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman tanaman sorgum secara monokultur adalah ketersediaan lahan yang makin terbatas.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pertanaman pada produktivitas dan viabilitas benih empat genotipe sorgum. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanian di Desa Karang Endah, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan (5,28◦ LS 105,27◦ BT) dengan ketinggian 82,3 mdpl dan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Januari 2019 sampai Maret 2020. Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial 2×4 dalam split plot dengan 3 blok sebagai ulangan.  Petak utama yaitu sistem pertanaman yang terdiri dari sistem pertanaman monokultur (s1) dan  sistem pertanaman tumpangsari (s2). Anak petak yaitu genotipe yang terdiri dari GHP-29 (g1), GHP-3 (g2), Samurai-1 (g3), dan GH-11 (g4). Varietas Ubi kayu yang diguanakan adalah adalah varietas UJ 3.  Hasil penelitian menunjukkan produktivitas benih sorgum yang dipanen dari pertanaman monokultur lebih tinggi dibandingkan pertanaman tumpangsari. Produktivitas benih GHP-3 lebih tinggi daripada GHP-29, Samurai-1 dan GH-11. Viabilitas benih sorgum prasimpan dan pascasimpan empat dan delapan bulan menunjukkan tidak berbeda antara benih sorgum yang dipanen dari pertanaman monokultur dan tumpangsari. Viabilitas benih prasimpan dan pascasimpan empat bulan menunjukkan genotipe GHP-3, Samurai-1, dan GH-11 lebih tinggi daripada genotipe GHP-29.
ISSN:2337-4993
2620-3138
DOI:10.23960/jat.v10i1.5656